TRADISI YANG HANYA ADA DI KALIWUNGU KENDAL
Masjid Al Muttaqin, Kaliwungu (photo from Aji Prakoso) |
Kaliwungu merupakan sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Kendal. Kaliwungu identik dengan kota santri karena di kecamatan ini ada banyak pondok pesantren. Banyaknya pondok pesantren membuat masyarakat Kaliwungu terbiasa dengan pendatang-pendatang dari luar kota Kendal. Lama kelamaan Kaliwungu menjadi kecamatan yang ramai akan pendatang dan mereka dapat berbaur dengan masyarakat setempat.
Sebagai kota santri Kaliwungu memiliki nuansa yang islami. Tidak heran tradisi keagamaan di kecamatan ini selalu meriah dan ramai. Salah satu tradisi yang setiap tahun diadakan adalah tradisi Weh-wehan. Weh-wehan dapat diartikan saling memberi, adalah tradisi saling berbagi atau bertukar makanan yang selalu dilakukan masyarakat Kaliwungu kabupaten Kendal setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal.
Tradisi ini sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah yang membawa rahmat, dan kebahagiaan itu diwujudkannya dengan saling berbagi, yang mana dikenal dengan nama weh-wehan.
Begitu melekat dan berkesannya tradisi ini bagi masyarakat, sehingga sering kali warga asli Kaliwungu yang sudah bermukim di luar kotapun menyempatkan diri untuk pulang kampung demi mengikuti dan merayakan tradisi ini.
Dalam tradisi ini setiap keluarga mempersiapkan atau menyediakan makanan yang akan ditukar atau dibagikan kepada tetangga dan keluarga sesuai kemampuan masing-masing, sebaliknya mereka juga akan menerima pemberian dari para tetangga sehingga pada masing-masing keluarga nantinya akan terdapat berbagai jenis makanan yang akan dinikmati bersama keluarga.
Ikon makanan dalam tradisi ini adalah sumpil, makanan khas yang hanya ada di kaliwungu. Sumpil semacam lontong yang bungkus daun bambu berbentuk segitiga dengan pelengkap sambal kelapa. Seiring berjalannya waktu, makanan yang dibagikan dalam tradisi ini tidak hanya sumpil, namun juga makanan lain baik tradisional maupun makanan yang lebih modern.
Sumpil, makanan khas Weh-wehan |
Selain weh-wehan tradisi peringatan maulid Nabi juga dimeriahkan dengan teng-tengan atau lampu lampion warna warni yang dipajang di depan rumah warga masing-masing, merupakan simbol bahwa lahirnya Rasullah Muhammad SAW sebagai cahaya yang memerangi dunia, memerangi zaman Jahiliah menuju zaman Islamiyah atau dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Selain itu, disetiap mushola dan masjid dilantunkan bacaan Maulid/Barzanzi.
Dengan tradisi weh-wehan ini masyarakat Kaliwungu berharap tradisi weh-wehan ini harus terus dilestarikan karena memiliki nilai-nilai yang baik dan menjaga kerukunan antar warga dan kepedulian terhadap sesama.